Dalam riuh rutinitas yang berbeda arah, dua dunia berjalan tanpa pernah saling bersentuhan. Namun, seperti arus yang diam-diam mengalir ke muara yang sama, takdir mempertemukan kami dalam sebuah “ketidaksengajaan” yang ternyata begitu direncanakan oleh semesta.

Berawal dari jejaring maya Instagram dengan lingkar pertemanan yang saling bersinggungan, meski kami pernah bernaung di atap sekolah yang sama, hanya terpaut beda angkatan, kami tetap asing. Hingga sebuah pesan sederhana, “Assalamualaikum”, yang Najib titipkan melalui rekan seprofesi Annisa menjadi pintu yang membuka serangkaian percakapan. Dari obrolan ringan yang tak terduga, menjelma menjadi diskusi yang merangkai keseriusan.

Pertemuan pertama pun tiba, di hari raya yang penuh berkah. Bukan lagi kebetulan, melainkan langkah yang dipandu doa. Waktu terasa berjalan perlahan, memberi ruang pada hati untuk bertanya,
"Apakah pilihan ini akan jatuh pada jiwa yang tepat?"

Di setiap sepertiga malam, sajadah menjadi saksi, udara dingin malam memeluk doa-doa yang riuh memohon kemantapan. Berbulan-bulan berlalu, keyakinan itu juga belum sepenuhnya tiba. Kesibukan dan jarak menunda segalanya, namun tidak memadamkan niat. Hingga suatu hari, buah doa itu matang, diwujudkan dalam lantang permohonan restu kepada orang tua.

Nasehat megah pun hadir, teguh dan penuh makna:
"Pernikahan adalah seni ‘nrimo’ dalam segala rupa keadaan."

Restu mengalir lembut dari bibir orang tua,
"Tugas kami adalah mendukung sepenuh hati apa yang menjadi pilihan anak. Bismillah, diniatkan sebagai ibadah, wahai anak-anakku."

Lalu, di siang Kamis yang cerah, 03 April, air mata bahagia menetes ketika dua keluarga besar saling berpelukan, saling merestui, saling menerima takdir agung dari Allah. Hari itu, lamaran berjalan dalam naungan kebahagiaan yang tak terbantahkan.

Meski perjalanan ini tak selalu cerah, mendung kerap singgah, makna ‘nrimo’ telah menyalakan senyum-senyum baru, menghapus kelabu, dan mengubah dunia menjadi tempat yang hangat untuk belajar, tumbuh, dan membersamai.

Bagi kami, takdir tak pernah lahir dari ketidaksengajaan. Ia selalu tiba tepat pada waktunya, bersama orang yang tepat.